tetapi tetap ada iblis di matamu
malah di tubuhmu seluruh
tersenyum dan memanggil
seperti kandil yang dihurung kelkatu-kelkatu ghairah
sebelum sayap patah menjadi anai-anai
menabrak dinding rapuh keimanan lalu
runtuh
menjadi puing dan baja tak terpemenai
seperti melodi itu, si iblis sama tidak berantai
lewat minggu-minggu maksiat mengumpul keseluruhan jahat-jahat
menjadi bulan menjadi
tahun menjadi dekad dan abad
menjadi ketul hitam batu berat besi karat tahi pekat
tanpa air muka, bertenggek si jahanam di pagar dengan gitar
memain melodi
mengajak datang sertai pesta bunuh hati rai hancur diri
begini, katanya
di sini nanti kita tidak perlu mati
lalu melodi dimainkan dengan irama sederhana
sehingga terlena dan terjaga semula
aku terlupa yang di sana mimpi tidak pernah ada.
Petaling Jaya Selatan
19 Januari 2010
No comments:
Post a Comment