Friday, May 29, 2015

Pagi Gelap

Pagi itu kenangan datang padaku membawa pisau. Aku terpempan sebelum bertanya, 
“Kenapa aku?”
Bibirnya mawar – menguntum senyum tawar
lalu menjawab dengan bahasa perempuan,
“Engkau tidak memilih kenangan, sayang!”
Langit terbuka. 
Kenang-kenangan terbang bergentayangan tanpa batas
dengan bunga dengan madu
dengan racun.
Aku tidak jumpa kenangan yang cocok
seperti katanya, aku tidak memilih kenangan.
Lalu terdamparlah aku melihat langit
ditikam kenangan
sejurus pergi (dan luka masih basah)
kenangan sengaja mencicirkan pisau
katanya, 
lewat senyumnya yang (masih) perempuan
“Sehingga bertemu lagi, 
Sayang!”



Subang Jaya
29 Mei 2015